Sebuah rumah akan terlihat lebih indah apabila teras atau
halaman rumah memiliki tanaman-tanaman hias, terlebih jika memiliki sebuah
taman. Tetapi tanaman hias juga relatif, ada penghobis tanaman hias dan ada juga yang sama sekali tidak memiliki
ketertarikan pada tanaman hias. Bagi yang menyukai tanaman hias maka mereka
dituntut memiliki waktu luang untuk merawat tanaman hias tersebut. Bisa dibilang
tanaman hias perlu perawatan untuk menjaga dan menambah keindahannya. Sebab
tanaman hias dilihat terutama dari sisi keindahan. Berikut deskripsi
mengenai tanaman hias :
Budidaya Tanaman Hias
Pengertian
Tanaman yang mempunyai keindahan dan dapat dinikmati
keindahannya berupa daun, bunga, batang , sehingga orang merasa
nyaman.
Tujuan adanya tanaman hias
Agar dapat di kembangkan sehingga laku di pasaran.
Agar dapat di kembangkan sehingga laku di pasaran.
Fungsi tanaman hias
-sebagai keindahan
-memupuk hobi
-mengurangi polusi udara
- menyerap racun
-melestarikan SDA
-bahan baku kosmetik/industri
-menambah lapangan kerja
-menambah penghasilan
-menghilangkan stres
Faktor – faktor yang mempengaruhi perputaran produk tanaman hias
-jenis tanaman hias yang diusahakan
-penambahan konsumen
-inovasi jenis tanaman hias
-tingkat pengetahuan
Jenis – jenis tanaman hias dilihat dari segi
-daun
-bunga
-batang
Cara Memperbanyak Tanaman Hias
Sama seperti makhluk hidup lainnya,
tanaman hias juga melakukan perkembangbiakan. Perkembangbiakan ini bertujuan
untuk melestarikan keturunannya. Tetapi seiring dengan perkembengan zaman,
manusia bertambah banyak sehingga sebahagian besar tanaman tidak bisa melakukan
pelestarian. Hal ini di karenakan lahan semangkin sempit, sudah habis untuk
bangunan kepentingan manusia dan beberapa tanaman menjadi terabaikan, ataupun
punah dan menjadi langkah atau sulit untuk mendapatkannya.
Karena hal tersebut beberapa hobis
tanaman hias sudah mulai melestarikannya kembali dengan cara memperbanyak
tanaman hias. Memperbanyak tanaman hias untuk mendapatkan varietas baru atau
sekedar menambah koleksi, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara generatif
(melalui perkawinan) dan vegetatif (tanpa perkawinan).
Masing – masing cara mempunyai jenis
dan langkah berbeda, serta kelebihan dan kelemahannya masing- masing. Sebelum
memilih cara apa yang akan kita gunakan untuk memperbanyak tanaman hias, apakah
sekedar memperbanyak saja untuk mendapatkan sifat yang sama dengan induknya
atau memang ingin mendapatkan varietas baru yang sifat keturunannya berbeda
dari induknya. Agar anda tidak salah memilihnya, berikut penjelasan kedua cara
memperbanyak adenium.
1.Cara
Generatif
Perbanyakan secara generatif adalah perbanyakan tanaman
melalui perkawinan sel - sel reproduksi. Untuk tanaman hias yang berbunga, melakukan
reproduksi dengan cara mem- bentuk biji
yang diperoleh dari penyerbukan benang sari sebagai sel jantan dan kepala putik
sebagai sel betinanya.
Penyerbukan pada tanaman bunga bisa berhasil bila ada
perantara (Self incomatible). Umumnya
perantaranya adalah serangga seperti lebah. Kaki lebah yang hinggap pada bunga
yang sedang berkembang secara tidak sengaja akan menempel pada benang sari.
Setelah itu lebah akan terbang lagi ke bunga lain. Pada saat dia hinggap di
bunga lain maka benang sari yang menempel pada kaki lebah bisa jatuh pada putik
bunga. Benang sari dan putik yang saling menempel ini bisa mengakibatkan
terjadinya pembuahan yang menghasilkan biji.
Proses tersebut adalah proses
penyerbukan alami. Kelemahannya selain membutuhkan waktu yang lama juga kita
tidak tahu sifat dari bunga induknya. Untuk mempercepat proses penyerbukan,
bisa menggunakan penyerbukan buatan / manual dengan bantuan tangan manusia.
Caranya adalah dengan mengambil
benang sari pada bunga yang akan disilangkan lalu ditempelkan pada putik
adenium jenis lain yang memiliki genetik yang berbeda dengan menggunakan alat (cutten bud) . Untuk melakukannya perlu
ketelitian agar berhasil, jika penyerbukan berhasil maka dalam waktu kurang
lebih 2 minggu akan tumbuh sepasang buah yang berbentuk tanduk dan berwarna
hijau.
Setelah buah matang, yang ditandai
dengan pecahnya buah, segera ambil biji di dalam buah sebelum hilang tertiup
angin. Jemur biji hingga 2-3 jam atau sampai biji kering. Selanjutnya semai
biji pada media tanam (sekam bakar di campur dengan pasir dengan komposisi 1 : 1).Bila dapat tumbuh (mulai bertunas)
setelah lebih dari 2 minggu. Dengan tumbuhnya tunas ini berarti proses
perbanyakan berhasil.
Tips. Bila akan menyilangkan tanaman
hias bunga, pilihlah bunga yang telah
berumur antara 2-5 hari untuk bunga betinanya , dan 3-7 hari untuk bunga
jantaannya. Hal ini agar sel-sel produksinya cukup kuat untuk melakukan
penyerbukan. Ciri-ciri sel jantan yang cukup umur adalahserbuk pada benang
sari sudah kering dan sudah menggumpal.
Agar mudah memperoleh benang sari dan
menempelkannya pada putik, buka daun hingga terlihat dasar bunganya. Setelah
itu ambil benang sari menggunakan pinset stau kuas yang halus. Tempelkan benang
sari itu pada putik lalu bungkus bunga yang menjadi bunga betinanya agar proses
penyerbukan bersih dan steril.
Kelebihan dari cara generatif
adalah :
1. Diperoleh hasil anakan yang
banyak karena jumlah biji di dalam buah banyak,
sehingga mudah di semai.
2. Sifat anaknya merupakan gabungan
sifat unggul yang sesuai dengan sifat masing
–
masing bunga induknya.
3. Cocok untuk mendapatkan varietas
adenium baru atau disebut dengan nama
adenium hibrida.
Kekurangan dari cara generatif adalah :
1. Memerlukan waktu yang lama.
2. Tingkat kegagalan tinggi.
3 .Pelaksanaannya rumit.
4. Daya hidup rendah.
2.Cara
Vegetatif
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan
tanaman tidak melalui perkawinan sel-sel, tetapi dengan menumbuhkan jaringan –
jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang, atau mata
tunas.
Perbanyakan adenium yang umum
dilakukan adalah dengan menyambung, stek dan cangkok batang. Menurut Slamet
Budiarto (Field Manager Ijo Nurcery), jenis sambung menggunakan batang
(grafting) adalah jenis yang banyak dilakukan. Grafting dilakukan dengan cara menggabungkan
batang bawah dengan batang atas dari adenium yang berlainan.
Selain grafting, stek juga mudah dan
sering dilakukan untuk memperbanyak adenium tanpa menggabungkan sel-sel
reproduksi. Cara ini dilakukan dengan memotong batang dari induk yang sehat,
lalu ditanam pada media tanam. Untuk memilih batang yang sehat, pilihlah batang
yang mempunyai diameter minimal 2 cm dan bukan berasal dari batang utama.
Setelah ditanam kurang lebih 2
minggu, baru batang tersebut akan mengeluarkan tunas.Ini berarti stek berhasil
dilakukan. Cara perbanyakan vegetatif ada banyak yaitu:
1. Stek (mawar, melati, asoka, dll)
2. Pemisahan anakan (palem,
aglaonema, sansievera, cocor bebek)
3. Mengambung / grafting
(bougenvile, adenium, puring, ficus)
4. Menempel / okulasi (mawar,
beringin, puring)
5. Penyusuan (meningkatkan
keberhasilan sambung pucuk)
6. Keiki (Anggrek)
7. Mencangkok / cangkok ruduk
(aglaunema, puring, dieffenbaciha)
8. Kultur jaringan (anggrek,
piludendrom)
Perkembangan Dengan Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan merupakan perbanyakan tumbuhan secara invitro.
Perbanyakan secara invitro adalah
peneneman jaringan atau organ tubuhan di luar lingkungan tumbuhnya.
Melalui kultur jaringan ini, jaringan tumbuhan
diambil sedikit, lalu ditumbuhkan dalam media buatan sehingga tumbuh menjadi
tanaman sempurna. Kultur jaringan dilakukan pada perinsip totipotensi. Menurut prinsip totipotenrosi setiap sel tumbuhan mengandung setiap
informasi genetik yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
lengkap.
Teknik kultur jaringan tidak dapat
dilakukan di sembarang tempat. Teknik ini harus dilakukan di dalam ruangan
khusus yang steril agar terbebas dari kontaminasi udara luar. Kultur jaringan
dilakukan di dalam suatu labolatorium khusus yang di gunakan untuk kultur
jaringan. Labolatorium berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan
pencahayaan terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan
media.
Pada dasarnya tumbuh – tumbuhan
memiliki daya regenerasi yang kuat. Dasar inilah yang akhirnya menjadi titik
tolak berkembangnya industri perbanyakan (propagasi)
tanaman.
Bila sel-sel jaringan atau organ
tanaman di luar lingkungan tumbuhan (ini) dengan menggunakan larutan bahan
makanan larutan bahan makanan sintentik ternyata dapat bergenerasi menjadi
tunas dan akar yang selanjutnya dapat berkembang menjadi tanaman normalyang
mampu hidup mandiri menjadi tanaman yang utuh.
1. Langkah
– Langkah Teknik Kultur Jaringan
Kultur jaringan tumbuhan dapat
dilakukan dengan langkah seperti berikut :
1. Menyiapkan
media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur
makro dan mikro, asam ammio, vitamin,
gula, serta hormon tumbuhan dengan
perbandingan tertentu.
2.
Siapkan eksplan (jaringan yang akan di kultur). Misalnya eksplan berupa
potongan dari
akar tanaman tertentu.
3.
Tanamkan eksplan pada media yang telah di siapkan.
4. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar,
tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk
tumbuh menjadi tanaman dewasa.
2.
Masalah (gangguan) pada Kultur Jaringan
Gangguan kultur jaringan dapat menyebabkan
kematian eksplan. Gangguan kultur jaringan secara umum dapat muncul dari bahan yang di tanam, lingkungan
kultur maupun manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul antara lain adalah
:
1. Kontaminasi oleh bakteri, jamur,
virus dan lain - lain. Agar terhindar dari kontaminasi maka langkah-langkah
pelaksanaannya harus mengikuti
prosedur yang benar dan dalam keadaan steril.
2. Browning (pencoklatan), untuk mengatasinya
dengan cara mengabsorbi fenol penyebab
pencoklatan dengan arang aktif.
3.
Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihannya :
1. Kultur jaringan merupakan suatu cara
menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak
dalam waktu singkat sehingga lebih memiliki
nilai ekonomis.
2. Tidak memerlukan tempat yang luas.
3. Tidak tergantung pada musim, sehingga
bisa dilaksanakan sepanjang tahun.
4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
5. Memungkinkan dilakukannya manipulasi
genetik.
Dengan metode kultur jaringan
dapat dihasilkan jumlah bibit tanaman dalam skala besar dan dalam waktu relatif
singkat sehingga lebih memiliki nilai ekonomis. Dari kelebihan ini kita bisa belajar
mengkultur tanaman yang bernilai jual dengan benar sehingga dapat di manfaatkan
sebagai sumber pendapatan.
Sedangkan kekurangan teknik ini
adalah :
1.
Membutuhkan biaya besar karena harus dilakukan di dalam labolatorium dan
menggunakan bahan kimia.
2. Membutuhkan keahlian khusus.
3.
Membutuhkan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman hasil kultur
biasanya
berukuran kecil dan bersifat aseptik serta
sudah terbiasa berada di tempat yang mem -
punyai kelembaban udara tinggi.
Media Tanam Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas agribisnis
yang cukup berarti di Indonesia karena jenis ini dapat di tanam pada areal yang
relatif sempit, mempunyai nilai ekonomi tinggi dan diterima masyarakat. Berbeda
dengan tanaman pangan, tanaman hias dinikmati konsumen dalam bentuk
keindahannya.
Oleh karena itu tuntutan terhadap
kualitas sangat tinggi. Sehingga teknologi budidaya perlu mendapatkan
penanganan yang baik. Media tanam merupakan salah satu teknologi yang perlu
mendapatkan perhatian.
Media tanam adalah media yang
digunakan untuk menumbuhkan tanaman / bahan tanaman, tempat akar atau bakal
akar akan tumbuh dan berkembang. Media tanam juga digunakan tanaman sebagai
tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas
media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara
menyerap unsur unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Media tanam merupakan komponen utama
ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat
dan standar untuk jenis tanaman yang
berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini di karenakan setiap
daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum media
tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup
udara, dan dapat menyediakan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada
setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara misalnya , sejak tahun 1940
menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa atau
batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga
tidak hanya digunakan secara tunggal,
tetapi bisa di kombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya pakis
dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis
juga bisa dicapur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapat media tanam yang baik
dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seorang hobis harus miliki
pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari
setiap jenisnya. Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan
menjadi bahan organik (sisa-sisa makhluk hidup) dan anorganik. Contoh media
tanam dari bahan organik adalah kompos daun bambu, kompos daun akasia, kompos
tandan kosong kelapa sawit, serutan kayu, sekam padi, bagas tebu, serbuk sabut
kelapa, tempurung kelapa sawit, akar pakis. Sedangkan yang berasal dari bahan
anorganik adalah seperti tanah , pasir, batu apung, zeolit, styroform,
perlite,vermiculite, rocwool, styrofoam, beads. Disini akan dibahas sifat-sifat
dari beberapa media tanam diatas.
A.
Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam
kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya
bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu.
Penggunaan bahan organik seperti media tanam jauh lebih unggul dibandingkan
bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan
unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu bahan organik juga memiliki pori-pori
mkro dan mikro yang hampir seimbang sehigga sirkulasi udara yang dihasilkan
cukup baik serta memiliki daya serap yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses
akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan di hasilkan karbondioksida (C2O),
air (H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber
unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses
dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk
menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu,
penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam
tersebut mengalami dekomposisi
Beberapa jenis bahan organik yang
dapat dijadikan sebagai media tanam, diantaranya arang, arang sekam,
cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelepa (cocopeat),
pupuk kandang, dan humus.
1.
Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media
tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan
kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam
jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer
(penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur
hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan di adaptasikan
Selain itu, bahan media ini juga tidak midah
lapuk sehigga sulit ditumbuhi jamur atau cedawan yang dapat merugikan tanaman.
Namun media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam
media tanaman ini perlu di suplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media
tanam, idealnya arang di pecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu
sehinnga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini
sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman
yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih,
umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm dan
dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan
arang juga harus yang kecil.
2.
Arang Sekam
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza
sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam
bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki
tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting
dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media
tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media
tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama
proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C)
yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Namun, sekam bakar
cederung mudah lapuk
Sementara kelebihan dari sekam
mentahsebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk,
merupakan sumber kalium (K) yang
dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar
tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cederung miskin
akan unsur hara.
Arang sekam mempunyai karakteristik
ringan (berat jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas
menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengasorbi sinar matahari
dengan efektif. Rongganya banyak sehingga akan
menyebabkan aerasi dan drainase
yang baik, sehingga akar mudah bergerak diantara butiran arang sekam
tersebut.
Arang sekam bersifat absorben atau
mudah menyerap. Jadi mungkin saja akan memfiksasi atau menyerap pupuk anorganik
yang diberikan, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Untuk menghindari hal
tersebut, arang sekam perlu disiram dengan larutan pupuk anorganik sampai
jenuh. Penyiraman tersebut juga berarti penjenuhan kandungan air, mengingat
arang bersifat higroskopis (mudah menyerap air) sehingga akan menyebabkan akar
tanaman menjadi kering bila tidak dijenuhi dengan air terlebih dahulu. Arang
sekam telah steril, karena saat pembuatannya telah mendapat panas yang tinggi
dari proses pembakaran.
Sekam padi harganya murah, ringan, drainase
dan aerasinya bagus, tahan dekomposisi, dapat digunakan dalam bentuk segar
maupun dibakar yang dikenal dengan arang sekam. Sekam padi dalam bentuk arang
lebih di sarankan. Sekam padi tidak mempengaruhi PH larutan garam atau
ketersediaan unsur hara (N dan K). Sekam kulit padi bila digunakan dalam bentuk
segar sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu. Dengan pengomposan, sisa-sisa
gabah juga akan mati, sehingga menghilangkan potensi tumbuhnya gulma yang
berupa sekam padi. Sekam tersebut mengandung unsur silikat, yang walau agak
sulit diserap oleh akar tanaman, mempunyai pengaruh baik dalam penguatan sel
dan jaringan, sehingga tanaman mempunyai daya tahan terhadap jamur dan
sebagainya.
3.
Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan
menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis cokelat. Dari kedua jenis
tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang
pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering.
Selain itu batang pakis ini pun mudah di bentuk menjadi potongan kecil dan
dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang
pakis juga banyak di jual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan
persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan batang pakis ini adalah saling dihuni
oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan
media batang pakis lebih di karenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air,
memiliki aerasi dan drainase yang baik serta bertekstur lunak sehingga mudah
ditembus oleh akar tanaman.
4.
Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya
berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami,
sekam, daun, rumput dan sampah kota.
Kandungan bahan organik yang tinggi
dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal
tersebut di kenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliator.
Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah,
terutama tanah kering, sedangkan soil amerirator berfungsi dalam memperbaiki
kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai
media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai
dengan I IL, rubahnya warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak
berbau, memiliki kadar air yang rendah dan memiliki suhu ruang.
5.
Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar
paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering
digunakn sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa
pembungaan .Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar
tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya, media moss
mampu mampu mengikat air denga baik serta memiliki sistem drainase dan airasi
yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss di kombinasikan
dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut atau
daun-daunan kering.
6.
Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari
kotoran hewan disebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap
seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok
untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Seain itu, pupuk kandang memiliki
kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih
mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan,
keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang di pakai, perlakuan, serta
penyimanan sebelum di aplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai
media tanam harus sudah matang dan steril. Hal itu di tandai dengan warna pupuk
yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk
mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
7.
Sabut Kelapa
Sabut kelapa atau coco peat
merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam.
Sabut kelapa untuk media tanam ini berasal dari buah kelapa tua karena memiliki
serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media
tanam sebaiknya di lakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang
berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman
pun jadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi
pembusukan, sabut kelapa perlu di rendan terlebih dahuludi dalam larutan
fungsida. Jika di bandingkan dengan media lain, pemberian fungsida pada media
sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang mudah lapuk
sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media
tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air
dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara
esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (N), dan fosfor (P).
8.
Humus
Humus dalah segala macam hasil
pelapuka bahan organik oleh jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro
tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli
tumbuh-tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna
gelap dan dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (topsoil).
Humus sangat membantu dalam proses
penggemburan tanah dan memilki kemampuan
daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara, dan dapat
menunjang kesuburan tanah. Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur,
terlebih jika terjadi perubahan suhu,
kelembapan dan aerasi yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat porousitas yang
rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air. Dengan demikian,
sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain
yang memiliki prousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.
B.
Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan
kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk
di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut di akibatkan oleh berbagai hal, yaitu
pelapukan secara fisik, biologi, mekanik dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya,
mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4
bentuk, yaitu krikil dan batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir
(berukuran 50 / -1 - 2 mm), debu (berukuran 2 - 50 u), dan tanah liat
(berukuran kurang dari 2 ju ). Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal sebagai
sebagai bahan tanah yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah
liat, vermi kulit dan perlit
1.
Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal
polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik.
Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu
repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain
itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan
dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan
keindahan dan keasrian tanamn hias yans diletakkan di ruang tamu atau ruang
kerja.
Hampir semua jenis tanaman hias
indoor bisa di tanmam dengan media ini, misalnya philodendron dan athurium.
Namun, baik untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias
bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air,
tetapi lebih di karenakan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas
pecah. Sebagian besar nurcery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk
pengangkutan tanaman dengan jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap
terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik
meskipun bersanding dengan media lain. Di jepang gel digunakan sebagai komponen
terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna warni dapat memberi kesan
hidup pada tabnaman miniatur tersebut.
2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media
tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap
memadai dan sesaui jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,
pertunbuhan bibit tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Siftanya yang
cepat kering akan memudahkan proses akan memudahakan proses pengangkatan bibit
tanaman yang di anggap sudah cukup umur untuk di pindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya stek
batang. Selain itu, keunggulan media
tanam pasir adalah kemudahandalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem
aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan
jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki
pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan
mudah kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan tarhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil.
Permisi, Ma'af sebelumnya ..
ReplyDeleteAda materi tentang ekstraksi benih nggak kak ??
Kalo ada, minta dong :)